Rabu, 28 Maret 2012

Berguru Pada Lebah

Sampai detik ini tak ada yang menyalahkan ibu tua itu. Padahal tindakannya tak bisa dibenarkan. Ia merebus batu untuk mengelabui anak-anaknya agar mereka tertidur. Namun, dunia akan mengutuk Umar bin Khaththab kalau malam itu ia tidak datang untuk mengubah batu menjadi roti. Begitulah hendaknya sikap kaum Muslimin. Kita terlalu sering mengutuk tindakan orang lain, sementara kita sendiri belum melakukan apa-apa. 

Lebah mengajarkan kepada kita bagaimana bekerja membangun kerajaan. Sebuah pelajaran yang sangat menarik bagi harakah Islamiyah dalam bekerja sama.

Bekerja Sehemat Mungkin Untuk Mendapatkan Hasil Terbaik. Harun Yahya, cendekiawan asal Turki menggambarkan dengan detil cara kerja lebah. Menurutnya, lebah membangun istananya dengan cara yang sangat teliti dan penuh perhitungan. Kerja sama, kesabaran, dan kejelian merupakan modal utamanya. Kalau kita perhatikan, dalam setiap sarang lebah terdapat ribuan kantong yang semuanya berbentuk heksagonal atau segi enam yang dibuat untuk menyimpan madu. Pernahkah kita berpikir, mengapa lebah membuat kantong-kantong itu dengan bentuk heksagonal?


Setelah melakukan penelitian, para ahli matematika menemukan jawaban yang sangat menarik. Di antara semua bentuk bangunan geometris, ternyata segi enam adalah bentuk terbaik untuk menyimpan kapasaitas terbesar dengan bahan bangunan paling hemat.

Bekerja Sama Untuk Satu Tujuan. Hal lain yang mengagumkan dari lebah adalah kerja sama mereka dalam membangun kantong-kantong madu. Sekilas kalau diperhatikan, kita akan mengira sarang lebah dibangun dengan satu blok dari satu titik. Padahal mereka membangun dari titik yang berbeda-beda. Ratusan lebah menyusun rumahnya dari tiga atau empat titik awal yang berbeda-beda. Mereka melanjutkan penyusunan sampai semuanya bertemu di tengah. Tak ada kesalahan sedikitpun pada tempat mereka bertemu.

Lebah juga memperhitungkan besar sudut antara rongga satu dengan lainnya. Satu rongga dengan rongga di belakangnya selalu dibangun dengan kemiringan 13 derajat dari bidang datar. Dengan demikian, kedua sisi rongga berada pada posisi miring ke atas yang bisa mencegah agar madu tidak mengalir dan tumpah.

Menjalin komunikasi Dengan Baik. Untuk mengisi kantong-kantong dengan madu, lebah harus mengumpulkan cairan manis pada bunga. Ini adalah tugas yang sangat berat. Penelitian ilmiah terkini menyebutkan untuk memproduksi setengah kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga di wilayah begitu luas dibanding ukuran tubuh mereka? Bagaimana mereka menemukan jalan kembali tanpa tersesat? Bagaimana mereka memberi tahu teman-temannya yang lain tentang sumber bunga? Kalau ditelusuri, kita akan menemukan jawaban cukup mencengangkan.

Ketika seekor lebah menemukan sumber bunga, tugas berikutnya adalah kembali ke sarang dan memberitahu lebah-lebah lain tentang lokasi tersebut. Pertama-tama, ia membiarkan lebah-lebah lain mencicipi sedikit sari bunga yang ia bawa untuk mengetahui kualitasnya. Lalu ia memulai tugas utamanya, yakni menjelaskan arah menuju sumber bunga. Ia melakukan ini dengan cara yang sangat unik, yaitu dengan tarian di tengah-tengah sarang. Gerakan dalam tarian ini memberikan informasi kepada lebah-lebah lain tentang lokasi sumber bunga.

Lebah pemandu tak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi juga jarak ke tempat tersebut. Lama waktu tarian dan jumlah getaran memberi petunjuk tentang jarak secara akurat. Mereka membawa perbekalan makanan cukup untuk menempuh jarak itu.

Maha Suci Allah yang telah menciptakan lebah dan menjelaskan dalam firman-Nya, "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manausia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan  Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).' Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyebuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. an-Nahl: 68-69).

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari lebah. Mengambil yang terbaik, memproduksi yang terbaik, tak pernah mengganggu orang lain, tapi siap mempertahankan diri kalau diganggu.

Sumber: Hepi Andi, Majalah Sabili, No. 17 TH. XI
Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar