Sabtu, 05 Januari 2013

Salman al-Farisi, Pergulatan Mencari Allah

Salman al-Farisi adalah sahabat Rasul yang mahir mengatur strategi perang. Ia terkenal cerdas seperti sahabat Nabi lain yang berasal dari Persia. Ini dibuktikan saat terjadi perang Khandaq. Menghadapi pasukan musuh yang berkoalisi, umat Islam berhasil meraih kemenangan. Dua puluh empat ribu pasukan musuh dibuat porak-poranda. Berkat parit yang diusulkan Salman disertai pertolongan Allah yang mendatangkan angin topan. Musuh-musuh agama Allah itu pulang dengan tangan hampa. Sejak itu, nama Salman makin bersinar di kalangan sahabat. Pemuda dengan rambut panjang dan tubuh kekar itu memiliki kecerdasan akal.

Salman berasal dari Isfahan, tepatnya sebuah tempat yang bernama Jai di Persia. Ia dibesarkan dari lingkungan keluarga berkecukupan. Ia anak kesayangan orang tuanya. Ayahnya adalah tokoh berpengaruh dalam kabilahnya, yaitu sebuah masyarakat yang menyembah dan menjadikan api sebagai Tuhan alias Majusi atau Zoroaster.


Sebagai orang kaya dan terhormat, orang tua Salman memiliki banyak tanah. Bahkan karena banyak lahan yang dimiliki, ayah Salman tidak mungkin memeriksa tanahnya satu per satu. Oleh itu Salman diberi tugas untuk mengontrol tanah tersebut.

Suatu hari, dalam perjalanan menuju kebun, Salman melewati sebuah gereja yang padat dengan jamaah. Mereka tengah khusuk beribadah. Heran dan kagum tumbuh dalam hati Salman saat menyaksikan cara sembahyang yang belum pernah dilihatnya. Hatinya berbisik menyatakan cara sembahyang yang dilihatnya jauh lebih baik dari cara masyarakatnya selama ini. Sehari lamanya Salman memperhatikan prosesi ibadah di gereja itu hingga lupa akan tugas yang diberikan ayahnya.. Ia bahkan lupa pulang ke rumah sehingga orang tuanya mengutus pesuruh untuk menjemputnya.

Sesampai di rumah, bukan keadaan kebun yang dilaporkan Salman kepada ayahnya. Ia malah bercerita tentang pengalaman yang dijumpainya di gereja, mendiskusikan dengan ayahnya bahkan memuji agama baru itu  sehingga ayahnya menjadi marah. Salman lantas dirantai dan dikurung di sebuah gudang.

Perlakuan yang diterima membuat Salman meyakini kebenaran agama Nasrani terutama setelah sang ayah berbuat kasar karena kalah dalam berdebat. Salman lantas mengirim berita kepada jamaah pemeluk agama dari Syuriah itu. Ia menyatakan dirinya telah menyembah Allah seperti mereka. Ia juga meminta agar memberitahukan kepadanya bila ada rombongan Nasrani  yang datang agar bisa turut serta dengan mereka bila hendak kembali ke Syuriah.

Akhirnya pada suatu hari, dengan membebaskan diri dari sekapan ayahnya di gudang, Salman ikut rombongan Nasrani kembali ke Syuriah. Dimulailah perjalan spritual Salman dalam mendalami agama yang baru dianutnya itu. Dia banyak belajar serta menjalankan agama dengan tekun, merantau dari satu tempat ke tempat lain untuk menyerahkan diri dan mengabdi pada uskup.

Akhirnya sampailah Salman ke Amurian di Byzantium untuk mengabdi pada uskup disana. Pada saat  ayah angkatnya mendekati ajal, Salman gundah. Ia tak tahu harus kemana, sampai akhirnya ayah angkatnya berkata, "Hai anakku, aku tidak tahu siapa orang yang sejalan denganku sehingga aku tidak tahu kemana kau harus pergi. Tetapi kau sudah dekat dengan masa di mana akan datang nabi pengikut Nabi Ibrahim. Ia akan hijrah ke tempat yang banyak ditumbuhi pohon kurma. Ikutilah dia. Karena dia mudah dikenali. Ia tidak makan sedekah tetapi ia mau menerima hadiah. Diantara dua pundaknya terdapat tanda-tanda kenabian."

Pada hari berikutnya, secara kebetulan lewat serombongan orang yang menuju ke Jazirah Arab. "Aku berikan domba dan lembu ini pada kalian jika kalian mau membawaku ke negeri asal kalian," kata Salman kepada pemimpin rombongan. Mereka setuju membawa Salman sehingga sampailah mereka di Wadi Al-Quro.

Tetapi hati Salman sedih. Ia merasa ditipu. Ternyata mereka telah menjual Salman kepada seorang Yahudi sebagai budak. Begitu pun Salman masih berharap. Ia yakin, pesan yang disampaikan ayah angkatnya yang terakhir akan menjadi kenyataan. Karena dia melihaat banyak pohon kurma tumbuh disekitarnya. Setiap hari ia harus bekerja sebagai budak. Berbagai pekerjaan berat harus dia lakukan tanpa harus bisa membantah.

Seperti sudah digariskan, beberapa lama sesudah itu, Salman dijual pemiliknya. Kali ini ia dibeli orang dari Bani Quraidhah yang tinggal di Madinah. Suatu hari, ketika dia sedang memetik kurma, datang sepupu tuannya tergesa-gesa. Ia mengabarkan, "Aku lihat dengan mataku sendiri, banyak orang berkerumun mengelilingi seorang lelaki yang datang dari Makkah dan mengaku sebagai Nabi."

Secara tidak sadar tubuh Salman bergetar setelah mendengar berita itu. Ia bahkan nyaris terjatuh menimpa tuannya yang ada di bawah. Pada malam harinya, Salman segera mengumpulkan barang-barang yang ia punya, lantas pergi ke Quba, pinggiran kota Yatsrib, untuk menemui laki-laki yang disebut Nabi itu.

"Saudara-saudara adalah pendatang. Saya yakin, Tuan-tuan memerlukan makanan. Terima dan makanlah sedekah saya ini." kata Salman. Seseorang dari mereka lantas menerima makanan itu. Lalu ia menyerahkan makanan sedekah itu kepada para sahabat, Sementara Nabi sendiri tidak ikut menikmatinya.

Keesokan harinya Salman kembali menemui rombongan itu. "Saudaraku, semalam saya melihat Anda tidak mau makan sedekah yang aku berikan, terimalah ini makanan dariku sebagai hadiah buat Anda," kata Salman dengan hati-hati.

Tak lama berselang, orang itu menerima bingkisan yang dibawa Salman. "Atas nama Allah, makanlah hadiah ini," kata si penerima sembari ikut menikmati makanan hadiah dari Salman.

Pada hari yang lain, Salman datang lagi. Dilihatnya orang yang sudah dua kali menerima makanannya mengenakan dua lembar kain di pundak. Sembari membungkuk, Salman mengucap salam kepadanya. Tanpa dinyana, orang itu malah menyingkap kain penutup itu sehingga terlihatlah tanda-tanda kenabian seperti yang disampaikan pendeta Nasrani di Byzantium.

Lutut Salman bergetar hebat. Ia lantas semakin dekat ke arah Rasulullah, menangis seraya mencium tangannya. Lalu menceritakan semua kisah dan kejadian yang telah dia alami. Seketika itu Salman menyatakan diri sebagai pengikut Muhammad dan mengucapkan dua kalimah syahadat.

Wallahu'alam!

Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar