Minggu, 13 Januari 2013

Masjid Dhirar

Abu Amir ar Rahib adalah seorang pemuka Bani Khazraj, satu dari dua kabilah Arab yang tinggal di Madinah sebelum hijrah Rasulullah saw. Abu Amir ar Rahib telah menganut agama Nasrani di masa jahiliyah. Sangat berwibawa dan dihormati di tengah kaumnya.

Ketika Rasulullah saw dan kaum muslimin datang berhijrah ke Madinah mendapatkan sambutan hangat dan dukungan kuat, ia tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya karena kaumnya beralih perhatian. Apalagi setelah kemenangan kaum muslimin di perang Badr. Sakit hati Abu Amir dan kekecewaannya kepada Rasulullah dan kaum muslimin mendorongnya untuk ke Makkah menemui para pemuka Quraisy dan memprovokasinya untuk menyerang Madinah. Hal ini menjadi salah satu pemicu perang Uhud, di samping semangat kaum kafir Quraisy sendiri yang ingin membalas kekalahannya pada perang Badr.

Pada awal-awal keberadaan kaum muslimin di Madinah, Abu Amir ar Rahib sempat mengumpulkan kaumnya, mengajak kaumnya untuk memberikan dukungan dan menjadi pengikutnya, dan tidak mengikuti Rasulullah saw dengan beerbagai macam alasan dan argumentasi. Tetapi setelah mendengar penjelasan Abu Amir ini, kaum Khazraj malah berbalik mencela dan mencaci maki Abu Amir. Situasi yang semakin membuat Abu Amir kesal dan kecewa kepada kaum muslimin dan Rasulullah saw.

Rasulullah pernah mengajaknya masuk Islam, memperdengarkan al-Qur'an di telinganya, tetapi ia menolak dengan keras. Setelah selesai perang Uhud yang tetap menguatkan posisi dan soliditas kaum Muslimin di Madinah, Abu Amir ar Rahib kecewa dan melarikan diri ke Romawi mengadu kepada Hercules, meminta bantuan dan dukungan untuk memerangi kaum muslimin di Madinah. Kaisar mengabulkan permintaannya dan memberikan tempat terhormat di sana.

Sejak itu, Abu Amir ar Rahib terus menjalin hubungan dengan kaumnya yang ada di Madinah yang masuk dalam kelompok orang-orang yang ragu dengan Islam (ahlurraibi) dan mereka yang berpura-pura Islam sedang hatinya kafir (munafiq) dengan menjanjikan bantuan materi maupun personil untuk memerangi kaum muslimin dan mengembalikan posisi Abu Amir ar Rahib sebagai pemimpin Madinah sebagaimana masa sebelum hijrah kaum muslimin.

Untuk memuluskan proyeknya ini, Abu Amir ar Rahib menyuruh kaumnya itu membangun markas yang dapat menampung dan memfasilitasi bantuan dari Romawi untuk memerangi kaum muslimin di Madinah. Salah satunya adalah membangun masjid yang berdekatan dengan masjid Quba. Masjid itu selesai dibangun ketika Rasulullah saw hendak berangkat ke perang Tabuk. Setelah selesai mereka kemudian menemui Rasulullah melaporkan bahwa masjid itu diperuntukkan bagi kaum dhua'fa dan mereka yang sakit dan tidak bisa datang ke masjid Quba yang agak jauh, sehingga mereka tetap bisa shalat ke masjid. Mereka meminta Rasulullah meresmikan masjid itu dengan melaksanakan shalat di sana untuk mendapat legitimasi kuat atas keberadaan masjid itu.

Menanggapi permintaan itu Rasululah menjawab, "Kami mau bepergian, nantilah insyaallah kalau kami sudah pulang."

Dalam perjalanan pulang dari Tabuk, dan jarak tinggal  setengah hari, turun malaikat Jibril menyampaikan informasi penting kepada Rasulullah tentang keberadaan masjid yang minta diresmikan itu. Turunlah ayat 107-108 surah at-Taubah, "Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin) dan karena kekafiran (nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah , 'Kami tidak menghendaki selain kebaikan.' Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang didalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Maka segera Rasulullah saw tugaskan kepada sahabat Ammar bin Yasir, Malik bin Dahsyam, dan beberapa orang sahabat untuk menghancurkan dan membakar masjid itu.

Masjid Dhirar yang dibangun untuk merusak Islam di zaman Rasullah telah dihancurkan oleh para sahabat, tetapi proyek Abu Amir ar Rahib dan kerjasamanya dengan Romawi terus berlanjut dan tak pernah berhenti sampai hari ini. Tampilan luarnya bisa beraneka ragam, tetapi jika dicermati isinya sama saja, yaitu memerangi Islam dan menghadang perkembangannya.


Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar