Rabu, 02 Januari 2013

Arti Cinta

Habib Muhammad bin Hadi Assegaf pernah bercerita bahwa Syekh Abdul Kadir Jaelani pernah berkata, "Barang siapa mencintaiku, walau aku telah meninggal, ia termasuk muridku." Namun cinta itu memiliki tanda-tanda. Yang paling jelas berupa kesungguhan, sidg dalam meneladani orang yang dicintainya, baik berupa pebuatan maupun ucapannya.

Konon diceritakan, ada beberapa orang berkunjung ke rumah Syibli. Mereka mengetuk pintu sambil memanggil-manggil. Dari dalam rumah terdengar jawaban, "Siapa?"

"Kami, para sahabatmu!"


Tuan rumah membuka pintu. Apa yang terjadi? Bukannya mempersilakan mereka duduk, Syibli malah melempari mereka dengan batu. Tentu saja, tamu-tamu itu lari berpencaran. Syibli berseru, "Wahai yang mengaku sahabatku, kalian tak lebih dari pendusta, mengaku sahabatku tapi lari ketika ku lempari batu. Kalian tidak sidg, tidak bersungguh-sungguh dalam mencintaiku. Kalian hanya ingin memalingkan aku dari ibadah."

Hal yang senada juga pernah dilakukan Syekh Sya'rani ketika hendak menguji orang-orang yang mengaku sahabatnya. Beliau menulis berlembar-lembar surat permintaan bantuan kepada para sahabatnya. Jumlah uang yang diminta ditulis berbeda-beda menurut kemampuan sahabatnya. Ada yang diminta bantuan sebesar 50, 100, dan 200 dirham. Dan ketika para sahabatnya telah berkumpul, Syekh Sya'rani membagi-bagikan suratnya.

Para sahabat membaca dan saling pandang.

"Berapa Syekh meminta darimu?" tanya yang satu.

"Dia meminta 50 dirham," jawab yang satunya lagi.

"Lho, mengapa ia meminta 200 dirham dari ku!" ujar yang pertama.

Alhasil mereka bingung dan akhirnya kecewa dengan sikap Syekh Sya'rani. Mereka pulang dengan mengomel, "Syekh sahabat kita ini ternyata cinta dunia, mata duitan!" Dan mereka pun bertekad memutuskan tali persahabatan dengan Syekh Sya'rani.

Bagaimana sikap Syekh Sya'rani? Belia sangat gembira dan lega. "Sekarang jernihlah pikiranku dan tenanglah ibadahku," katanya.

Habib Hasan bin Abdullah al-Hadad juga pernah dianggap berlaku seperti itu. Misalnya, bila seseorang dari 'kaum pencinta dunia' datang berkunjung, beliau akan berkata, "Lihatlah, apakah dia membawa sesuatu?" Bila jawabannya 'ya', beliau akan berkata, "Bukakan pintu untuknya!" Sebaliknya, jika jawabannya 'tidak', beliau berkata, "Jangan ada yang membukakan pintu untuknya, waktu kita sangat berharga. Sebab barang siapa memberikan miliknya yang paling berharga, kita pun akan memberikan milik kita yang berharga pula kepadanya. Dan bagi penghuni zaman ini, milik mereka yang paling berharga adalah harta."

Apa maksud Habib Hasan sebenarnya? Beliau hanya ingin memberi pelajaran kepada 'pencinta dunia' agar mereka jera. Karena orang yang bijaksana tidak mau menyia-nyiakan waktu mereka yang sangat berharga.
Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar