Mahasiswa kedokteran pasti kenal nama Ibnu Al-Nafis. Ibnu Al-Nafis yang punya nama lengkap Ala al-Din Abu al-A'la Ali Ibnu Abi Hazm al-Quraishi ini di daulat sebagai ahli fisiologi terhebat di era keemasan Islam pada abad ke 13 M. Ibnu Al-Nafis yang berasal dari Damaskus ini adalah seorang tabib Arab atau dokter (1210-1288).
Ia adalah dokter pertama yang mampu menjelaskan prinsip dasar dari teori modern mengenai dasar-dasar sirkulasi lewat temuannya tentang sirkulasi dalam paru-paru, sirkulasi jantung, dan kapiler. Ia menemukan ini 350 tahun lebih dahulu daripada Sir William Harvey dari Kent, Inggris yang selama ini menyandang kredit penemu sistem sirkulasi di paru-paru.
Fakta ini diungkap pada 1957 oleh Professor Dr J B Latham dari Universitas Manchester dalam peringatan 300 tahun wafatnya Willam Harvey (Sunday Times, 9 Juni 1957). Professor ini juga menyebutkan bahwa Ibnu Al-Nafis telah memperbaiki kesalahan dari teori Galen's yang menyebutkan saluran tak terlihat di antara dua bilik jantung.
Galen menguraikan bagaimana darah mencapai bagian kanan jantung dan bergerak menuju pori-pori yang tak terlihat di cardiac septum menuju bagian kiri jantung. Di sana darah bertemu dengan udara dan membangun sebuah kekuatan sebelum diedarkan ke seluruh tubuh. Menurut Galen, sistem vena merupakan bagian yang terpisah dari sistem arteri saat mereka kontak dalam pori-pori tak terlihat.
Sementara Al-Nafis membantahnya dalam kitab yang berjudul Syarah Qanun, "Darah dari kamar kanan jantung harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang menjembatani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang. Dan bukan seperti apa yang dipikirkan Galen, tidak ada pori-pori tersembunyi di dalam jantung. Darah dari bilik kanan harus melewati vena arteriosa (artri paru-paru) menuju paru-paru, menyebar, berbaur dengan udara, lalu menuju arteria venosa (vena paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan bentuk ini merupakan spirit vital."
Al-Nafis juga secara tegas mengatakan bahwa jantung hanya memiliki dua kamar. Dan diantara dua bagian itu sungguh tidak saling terbuka. Sekat antara dua bilik jantung lebih tipis dari apapun. Keuntungan yang didapat dengan adanya sekat ini adalah darah paru-paru, bercampur dengan udara di dalam paru-paru, kemudian didorong menuju arteria venosa ke bilik kiri dari dua bilik jantung.
Kemudian Al-Nafis juga menjelaskan, bahwa yang diperlukan paru-paru untuk transportasi darah menuju vena arteriosa adalah keenceran dan kehangatan pada jantung. "Apa yang merembes melewati pori-pori pada cabang-cabang pembuluh menuju alveoli pada paru-paru adalah demi percampurannya dengan udara, berkombinasi dengannya, dan hasilnya menjadi sesuatu yang diperlukan di bilik kiri jantung. Yang mengantar campuran itu ke bilik kiri arteria venosa," tulisnya.
Sebelum Professor Dr J B Latham mengungkap penemuan Al-Nafis ini, ternyata seorang fisikawan Mesir Dr Muhyo Al-Deen Altawi juga pernah mengungkapkannya. Saat itu ia menyusur kanal-kanal sejarah sejak tahun 1924, ia juga menemukan sebuah tulisan berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna di perpustakaan nasional Prussia, Berlin. Saat itu, Dr Muhyo tengah belajar mengenai sejarah Kedokteran Arab di Albert Ludwig's University Jerman.
Dalam dunia kedokteran Al-Nafis tak hanya berkontribusi di bidang fisiologi. Ia juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran eksperimental, postmortem otopsi, serta bedah manusia. Bahkan sejarah juga mencatat Al-Nafis sebagai dokter pertama yang menjelaskan konsep metabolisme. Kemudian ia mengembangkan aliran kedokteran Nafsian tentang sistem anatomi, fisiologi, psikologi, dan pulsologi.
Ditulis oleh Diyah Kusumawardhani, dalam Majalah Sabili, Edisi 7 Th, XVIII, 25 November 2010
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar