Nama lengkap tabi'in ini adalah Zabban bin al-'Ala bin 'Ammar bin Abdullah bin al-Husain bin al-Harits bin Jalhamah. Dia berasal dari kabilah Bani Tamim yang tergabung dalam keluarga besar Mazini dan tingal di Basrah. Tabi'in yang termasuk sebagai salah satu qari yang tujuh ini lahir di Mekkah pada tahun 70 H.
Abu 'Amr sangat menguasai ilmu nahwu, bahasa Arab dan ilmu qira'at. Dia mempelajari bacaan al-Qur'an kepada Mujahid dan Said bin Jubair yang menurutnya - kedua orang tersebut - mempunyai keistimewaan tersendiri. Ikrimah dan Ibnu Katsir disebutkan juga pernah menjadi guru bagi Abu 'Amr. Prinsip Abu 'Amr dalam mencari ilmu dijelaskan Ibnu Mujahid, mengutip perkataan Abu Bakar, yaitu, "Selain menguasai bahasa Arab, Abu 'Amr selalu konsisten dengan riwayat-riwayat keilmuan yang dicetuskan para ulama pendahulunya."
Menyitir pernyataan Abu Bakar ash-Shiddiq, Ibnu Mujahid mengatakan, Abu 'Amr bin al-'Ala adalah salahsatu tokoh tabi'in terkenal di masanya. "Dia sangat mengetahui ilmu dan seni qira'at, pemimpin manusia dalam bahasa Arab. Dia tawadhu akan ilmunya dan tidak pernah menyelisihkan para ulama sebelumnya. Pada zamannya tidak ada ulama yang tidak mengenali kepemimpinan dan keutamaannya," kata Ibnu Mujahid.
Dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah, Ibnu Katsir mengatakan, "Di zamannya, Abu 'Amr adalah seorang yang sangat 'alim dalam bidang ilmu qira'at, nahwu (tata gramatika bahasa Arab) dan fiqih. Selaian itu, beliau juga tergolong sebagai ulama tabi'in senior."
Abu 'Amr bin al-'Ala tumbuh dewasa di Basrah. Namun karena diperlakukan secara kejam oleh al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi, gubernur Basrah ketika itu, dia kemudian hijrah ke Makkah lalu ke Madinah.
Ketika mengomentasri Abu 'Amr, Imam asy-Syathibi - penulis kitab al-Muwafaqot - menyatakan bahwa Abu 'Amr merupakan sosok tabi'in sekaligus ulama tegas yang sempat berguru kepada Yahya al-Yazidi. Asy-Syathibi memetaforakan Abu 'Amr sebagai air segar yang menghilangkan rasa dahaga.
Diceritakan, Abu 'Amr adalah tipikal tabi'in yang menaruh perhatian lebih kepada ilmu dan ibadah. Bahkan untuk mengingatkan dirinya kepada persoalan ibadah dan ilmu, Abu 'Amr bin al-'Ala sengaja memahat cincinnya degan tulisan, "Jika perhatian terbesar seseorang adalah dunia, maka dia bagaikan terikat dalam tali yang menipu."
Tak sedikit kalangan yang menimba ilmu dari Abu 'Amr, diantaranya adalah al-Farazdaq yang pernah berkata, "Saya selalu membuka dan menutup pintu untuk terus mencari ilmu hingga saya mendatangi Abu 'Amr bin al-'Ala."
Abu 'Amr bin al-'Ala mempunya dua murid pilihan yaitu Abu Amr ad-Dauri sebagai murid terbaiknya, sedangkan Abu Syu'aib adalah murid terdekatnya.
Abu 'Amr bin al-'Ala meningal dunia di rumah Muhammad bin Sulaiman pada tahun 154 H di Kufah. Ketika Abu 'Amr wafat, Yunus bin Habib datang menemui anak-anaknya untuk melakukan takziah. Yunus berkata, "Demi Allah! Seandainya ilmu dan sifat zuhud Abu 'Amr dibagikan kepada 100 orang, maka pastilah mereka akan mengikuti jejaknya menjadi ulama."
Wallahu'alam!
Disadur dari karangan Joko Susanto, dalam Majalah Sabili, Edisi 24 Th. XV, 12 Juni 2008
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar