Seorang perempuan tua menemui Nabi Dawud as. "Wahai Nabiyallah, Tuhanmu zalim atau adil?" tanya perempuan itu.
"Dia Zat Yang Maha Adil dan tidak berlaku zalim," jawab Nabi Dawud.
"Apa yang telah terjadi denganmu hingga kau bertanya seperti itu?" tanya Nabi Dawud kemudian.
"Aku seorang janda, memiliki tiga anak perempuan. Aku bekerja menyulam kain untuk menghidupi mereka. Kemaren, aku bekerja seharian menyulam diatas kain merah. Usai menyelesaikan pekerjaan, aku memberi tahu anak-anak, aku akan pergi ke pasar. Tiba-tiba seekor burung besar mematukku. Burung itu terbang membawa kain yang akan ku jual. Aku sedih. Tak ada lagi yang bisa kujual untuk memberi makan anak-anak," kisah wanita itu.
Tiba-tiba, terdengar seseorng mengetuk pintu. Nabi Dawud mengizinkannya masuk. Ternyata tamu itu berjumlah sepuluh orang. Tiap-tiap orang memegang uang sebanyak seratus dinar. "Wahai Nabiyallah, berikanlah uang ini pada orang yang berhak," ujar salah seorang mewakili teman-temannya.
"Apa yang menyebabkan kalian menyerahkan uang sebanyak ini?" tanya Nabi Dawud.
"Kami berada di atas perahu. Lantas badai datang dan nyaris saja kami tenggelam karena perahu kami berlubang. Tiba-tiba datang seekor burung melemparkan sepotong kain merah bersulam pada kami. Kami gunakan kain itu untuk menutup lubang perahu hingga badai berlalu," cerita salah seorang dari tamu.
Dawud menoleh pada sang perempuan sambil berujar, "Tuhan memperdagangkan kainmu, di laut dan di darat, dan kau sempat menuduhnya sebagai Zat yang zalim." Daud lalu memberikan uang seribu dinar itu padanya.
Oleh: Nurul Laily Maulidyah, dalam Majalah Sabili, Edisi 11 Th. XV, 13 Desember 2007
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar