Rabu, 04 April 2012

Ibu dan Surga

"Ya Rasulullah! Siapakah yang paling berhak menerima baktiku?" Nabi Muhammad saw menjawab, "Ibumu." "Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah?" Nabi menjawab, "Ibumu." "Kemudiaan siapa lagi, ya Rasullah?" Nabi menjawab, "Ibumu." "Kemudian siapa lagi, ya Rasulllah?" Nabi menjawab, "Ayahmu." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Demikian perbincangan antara seorang sahabat dengan Rasulullah saw di suatu saat. Berdasarkan riwayat di atas, perintah untuk berbuat baik kepada ibu diulang hingga tiga kali berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa ibu memiliki kedudukan yang tinggi dalam pandangan Islam.

Memang, keberadaan manusia di dunia ini tidak pernah lepas dari peran orang tua, terutama ibu. Ibulah yang melahirkan kita ke dunia ini. Ibu jugalah yang membimbing kita hingga kita menjadi mandiri dan sukses. Ibu mempunyai peran strategis dalam menentukan tujuan yang sering disinggung Allah swt. Sedemikian tinggi kedudukan ibu dalam Islam, sampai-sampai salah satu riwayat menyebutkan, "Surga berada di bawah telapak kaki ibu."

Al-Qur'an sendiri telah menandaskan, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua arang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. Luqman: 14).

Bahkan salah satu hadist menyebutkan, "Keridhaan Allah terkait dengan keridhaan kedua orang tua dan murka Allah terkait pada murka kedua orang tua." (H.R. al-Hakim).

Rasulullah saw bersabda, "Maukah kalian aku tunjukkan dosa yang paling besar di antara dosa-dosa besar?" Beliau mengulang pertanyaan ini hingga tiga kali. Para sahabat menjawab, "Ya, kami mau wahai Rasulullah." Rasulullah saw berkata, "Jangan kalian sekutukan Allah dan jangan kalian berbuat durhaka terhadap orang tua kalian."

Ya Allah, ampunilah segala kesalahan kami dan kesalahan kedua orang tua kami. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka mencurahkan kasih sayangnya kepada kami, sewaktu kami kecil dulu. Wallahu'alam!

Sumber: Majalah Hidayah, Tahun 4 Edisi 48


Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar