Rabu, 02 Mei 2012

Mulut

Pernahkah kita bayangkan, bahwa sejarah kolonialisme berawal dari mulut? Ya, penjajahan ternyata bermula dari mulut-mulut menadah dan menagih rasa. Begitulah sejarah penjajahan dimulai.

Portugis dan Spanyol, Inggris dan Belanda, berlomba-lomba mengirimkan ekspedisi dan kapal-kapal mereka untuk menemukan, sekaligus menaklukkan tanah-tanah baru di seberang lautan. Tanah yang kaya oleh rempah. Tanah yang menumbuhkan dan melahirkan rasa. Cengkeh dan pala, lada dan rempah-rempah lain mengundang para peranggi berkulit pucat pasi, yang membawa musket siap menyalak hanya dengan satu tujuan. Memuaskan mulut-mulut yang menanti dan haus rasa.


India dan kepulauan Nusantara adalah negeri yang menjanjikan tumbuh-tumbuhan kaya rasa. Daerah-daerah itu pula yang membuat Raja Ferdinand dan Ratu Isabel mengirim Columbus, sang petualang untuk melakukan penjajakan. Sauh diangkat, layar terkembang, dan perjalanan sang nakhoda pun  dimulai. Dan sampai pula Columbus pada sebuah benua, yang ia sangka adalah India. Untuk pertama kalinya ia bertemu . dengan penduduk asli benua itu, dan menyebutnya sebagai Indian. Tapi ternyata Columbus salah besar, yang ia pijak bukan tanah India, tapi Amerika. Tapi toh sejarah mengubah kisah. Columbus menjadi pahlawan, penemu benua Amerika dan bukanlah si pandir yang tak kenal arah.

Mulut-mulut yang menuntut telah mengantar Columbus ke benua-benua lain untuk ditaklukkan. Mulut-mulut yang menuntut pula mengantarkan para penguasa, para gubernur jendral Belanda datang dan menjadikan pulau Jawa sebagai provinsi termuda kerajaan. Demi memenuhi keinginan mulut-mulut di seberang lautan sana, berjuta-juta manusia lain, diseberang tanah yang lain, terjajah, teraniaya dan terampas hak-haknya.

Kini sesungguhnya keadaan tak jauh berbeda. Bahkan kian parah. Mulut membuat pejabat tak jera korupsi. Mulut membuat penguasa menindas rakyat sendiri. Mereka meminum minyak dan aspal. Mereka memakan hutan dan kayu-kayu gelondongan. Mulut tak sekadar mulut. Mulut adalah simbol dari ambisi, keinginan dan hasrat untuk menguasai.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw pernah mengingatkan kita. Ada dua hal yang akan banyak menjerumuskan anak Adam ke dalam neraka. Mulut dan kemaluan mereka. Mulut mampu mengeluarkan kata-kata yang berubah fitnah, mulut mampu melahirkan ambisi yang luar biasa. Begitu juga dengan kemaluan manusia.

Tapi anehnya, meski Rasulullah menyebut dua hal terebut sebagai penyebab paling besar kesengseraan, baik di dunia maupun di akhirat nanti, berduyun-duyun manusia justru seakan berlomba memenuhi nafsu mulut dan kemaluannya. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang beruntung. Orang-orang yang mampu mengendalikan dan menjaga mulut dan kemaluan kita. Wallahu'alam bil shawab.

Sumber: Herry Nurdi, Majalah Sabili Edisi 12 TH. XII
Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar