"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah." (QS. Al-Ma'arij: 19-20).
Pada mulanya adalah keterbatasan. Dan manusia pun mengais-ngais satu zarah kesempurnaan, dimana pun dan kapan pun ia berada. Makhluk yang konon sepaling bagus bentuk ini (QS. At-Tiin: 4), kemudian berusaha mempertahankan sebuah kemapanan dalam segala bentuk. Entah itu harta, wanita, atau juga tahta. Kebutuhan-kebutuhan ini sebisa mungkin terus langgeng di tangan.
Memang, tidak ada yang bisa menampik perihal tersebut, karena Allah swt sendiri berfirman, "Dijadikan indah pada manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali Imran: 14).
Apa yang pernah dititahkan Allah itulah, manusia mengalami tekanan-tekanan yang menyakitkan dalam hari-harinya. Ia ingin memburu sedapat mungkin keindahan-keindahan itu dengan cepat dan tanpa cacat sedikitpun. Namun apa daya, meski manusia telah berencana, Tuhan juga yang menentukan. Apa yang diimpikan dan diidamkan itu begutu saja lenyap tanpa dikira-kira sebelumnya.
Pada titik inilah, kemudian lahir keluh kesah. Sederet pertanyaan dan umpatan pun datang bertubi-tubi. Kenapa aku gagal mengejar ini? Mengapa aku salah langkah? Adakah yang salah atas diriku? Mengapa si A lebih beruntung? Kenapa si B begitu pintar? Dan seterusnya. Persoalan pun tidak berhenti disitu.
Banyak pengaruh yang timbul dari ketidakpuasan menerima kegagalan. Ada yang sakit sekarat, ada yang gila, bahkan lebih dari itu, ada pula yang meninggal. Semua itu hanya satu; gara-gara tidak dapat meraih keindahan yang sangat diharapkan itu, lantaran terobsesi menemukan kestabilan, mengejar ragam keindahan tak terbatas. Padahal sejatinya, yang tak terbatas itu hanya Allah semata dan alam akhirat kelak. Sementara manusia dan seluruh renik yang ada di dunia adalah ketidaksempurnaan.
Benih-benih kotor pun mulai merasuki manusia yang sedang galau gelisah, baik lahir maupun batinnya. Ia tidak menyadari bahwa masih ada hari esok, masih ada harapan lain yang sedang menanti. Bukankah hidup itu dinamis? Kadang di atas, kadang di bawah, kadang sukses, kadang gagal. Kehidupan itu tidak tertumpu pada satu titik dimana orang terus memiliki keindahan-keindahan sebagaimana dituturkan Allah Yang Maha Rahim di atas. Dan yang teramat penting, semuanya itu adalah ujian-Nya. "Dan sungguh, kami pasti akan terus-menerus menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan." Namun Allah azza wa jalla tidak berhenti di situ, ia kabarkan pula sebuah jalan keluar yang mesti dikejar. "Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun'." (QS. Al Baqarah 155-156). Dan terakhir, Allah Maha Tahu atas segala yang terbaik buat umat-Nya.
Sumber: Muaz, Majalah Hidayah, Tahun 3 Edisi 26
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar