Sabtu, 13 April 2013

Baginda Raja Hampir Terbunuh


Pada suatu hari, Abu Nawas berjalan-jalan hingga ke kampung Badui di daerah gurun yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Sesampainya di tempat tersebut, ditemuinya ada beberapa orang yang sedang memasak bubur, suasananya ramai sekali. Tanpa disadarinya, ia ditangkap oleh orang-orang itu dan dibawa ke rumah mereka untuk disembelih.

"Kenapa aku ditangkap?" tanya Abu Nawas.

"Wahai orang asing, setiap orang yang lewat di sini pasti akan kami tangkap, kami sembelih seperti kambing dan dimasukkan ke belanga bersama adonon tepung itu. Inilah pekerjaan kami dan itulah makanan kami sehari-hari," jawab salah seorang dari mereka sambil menunjuk ke belanga yang airnya sedang mendidih.


Abu Nawas ketakutan juga, namun meski dalam keadaan sedang terjepit, dia masih sempat berpikir jernih.

"Kalian lihat saja, badanku kurus kering, jadi dagingku tak banyak, kalau kalian mau, besok aku bawakan temanku yang badannya gemuk sehingga bisa kalian makan untuk lima hari lamanya. Aku janji, maka tolong lepaskan aku," pinta Abu Nawas.

Abu Nawas akhirnya dilepaskan. Di sepanjang jalan Abu Nawas berpikir keras untuk menemukan siasat agar dirinya berhasil membawa teman yang gemuk. Terlintas olehnya Baginda Raja.

"Seharusnya Raja tahu akan berita yang tidak mengenakkan ini, dan alangkah baiknya kalau Baginda Raja mengetahuinya sendiri," gumannya dalam hati.

Abu Nawas segera  masuk ke dalam istana untuk menghadap Raja. Dengan berbagai bujuk rayu, akhirnya Abu Nawas berhasil mengajak Baginda Raja ke kampung Badui tersebut.

Sesampainya di kampung Badui tersebut, si pemilik rumah tanpa banyak bicara langsung saja menangkap Baginda Raja. Abu Nawas pun segera meninggalkan tempat itu dan dalam hati dia berpikir, "Bila Raja pintar, pasti niscaya dia akan bisa membebaskan diri. Tapi kalau bodoh, akan matilah ia karena akan disembelih orang jahat itu."

Sementara itu didalam rumah, Baginda Raja tidak menyangka akan disembelih. Dengan takutnya dia berkata, "Jika membuat bubur, dagingku ini tidaklah banyak karena banyak lemaknya. Tapi jika kalian izinkan, kalian akan aku buatkan peci kemudian dijual yang harganya jauh lebih mahal ketimbang harga buburmu itu."

Akhirnya mereka menyetujuinya dan Baginda Raja bekerja keras untuk membuat peci untuk orang Badui itu. Namun pada akhirnya, Baginda Raja dibebaskan oleh para pengawal kerajaan.

Karena Baginda Raja telah bebas, Abu Nawas dipanggil untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Abu Nawas dianggap telah mempermalukan raja di muka rakyatnya sendiri.

"Wahai Abu Nawas, engkau ini benar-benar telah mempermalukan aku, perbuatanmu sungguh tidak pantas dan kamu harus dibunuh," ujar Raja Harun Al-Rasyid dengan geram.

"Wahai Baginda, sebelum hamba dihukum, perkenankan hamba menyampaikan beberapa hal," kata Abu Nawas membela diri.

"Baiklah, tetapi kalau ucapanmu salah, niscaya engkau akan dibunuh hari ini juga," ujar Baginda Raja.

"Wahai Baginda, alasan hamba menyerahkan Baginda kepada si penjual bubur itu adalah karena ingin menunjukkan kenyataan di dalam masyarakat negeri ini kepada Baginda. Karena semua kejadian di dalam negeri ini adalah tanggung jawab Baginda kepada Allah swt kelak. Raja yang adil sebaiknya mengetahui perbuatan rakyatnya," kata Abu Nawas.

Setelah mendengar ucapan Abu Nawas yang demikian, hilanglah rasa amarah Baginda Raja. Dalam hati beliau membenarkan ucapan Abu Nawas tersebut.

"Baiklah, engkau aku ampuni atas semua perbuatanmu dan jangan melakukan perbuatan seperti itu lagi kepadaku," tutur Baginda Raja sambil tersenyum.
Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar