Kamis, 20 Desember 2012

Hindun Binti Al-Muhallab, Istri Terpercaya dan Salehah

Nama lengkapnya Hindun binti Al-Muhallab bin Abi Shafarah al-Azdiyah al-Bashriyah. Ia wanita mahir dan beretika. Ayahnya gubernur, pahlawan, komandan pasukan, yaitu Muhallab bin Abi Shafarah. Muhallab dikenal dermawan dan pemberani, mulia dan cerdas. Ia wafat pada tahun 82 H.

Hindun, putrinya, dinikahi oleh Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqofi. Bersama dengannya banyak cerita dikisahkan. Sejak kecil Hindun dikenal cerdas dan fasih bertutur kata. Gaya bahasanya ramah. Adabnya mulia. Selama hidupnya, ia meriwayatkan hadis dari ayahnya al-Muhallab, Hasan Bashri, dan 'Asy-'asy Jabir bin Zaid. Beberapa orang meriwayatkan hadis Hindun. Diantaranya dua keponakannya Hajjaj bin Uyainah, Ziyad bin Abdullah al-Quraisyi, dan Abu Salamah budak al-'Atik.


Hindun senang dengan fikih. Ia mempelajarinya untuk memahami agama. Seperti diceritakan Ziyad bin Abdullah, salah satu muridnya, "Saya melihat tangannya ada bekas benang sulam. Lalu saya bertanya, apakah engkau menyulam padahal isteri gubernur? Ia menjawab, saya mendengar ayah saya berkata, Rasulullah bersabda, 'Seberat-beratnya kalian bekerja adalah sebesar-besarnya kalian berpahala. Itu mengusir setan dan menghilangkan prasangka buruk'."

Diantara hadis riwayatnya, dari Hasan Basri, "Saya  bertanya kepada Abu Said - nama panggilan Hasan, seorang lelaki melihat leher saudara perempuannya, anting atau juga rambutnya?" Hasan menjawab, "Tidak (haram) dan tidak ada kemuliaan." Terlihatlah besar perhatian Hindun pada kesucian dan rahasia wanita. Ayyub as-Sakhtiyani berkomentar, "Saya tak melihat seorang wanita yang lebih cerdas darinya."

Hindun mempunyai banyak cerita bersama Umar bin Abdul Aziz. Ibnu Asakir menuturkan, suatu hari Hindun menghadap Umar bin Abdul Aziz. Waktu itu Umar telah memenjarakan Yazid bin al-Muhallab, saudara laki-laki Hindun. Hindun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, atas dasar apa engkau menahan saudaraku?". Ia menjawab, "Saya khawatir ia membuat masalah di tengah-tengah kaum Muslimin." Hindun bertanya, "Hukuman itu sesudah melakukan atau sebelumnya?" Mendengar pertanyaan itu, Umar berfikir ulang.

Hindun berkedudukan tinggi di mata pemimpin Umayyah. Ibnu Asakir menyebutkan, "Pernah suatu ketika ia menulis surat kepada Yazid bin Abdul Malik untuk membebaskan saudaranya Abu Unayyah bin al-Muhallab. Yazid pun mengabulkan pembebasannya."

Hindun mempunyai pernyataan yang menunjukkan pengetahuannya tentang perempuan. "Dua hal yang menjadikan wanita tidak aman; laki-laki dan wewangian." Ia juga berpendapat obat mujarab wanita dengan segala macamnya adalah tirai. Ia berkata, "Saya tidak melihat solusi kebaikan wanita agar terhalang dari kejahatan, kecuali tempat tinggal mereka."

Baginya, kecantikan hakiki wanita tidak dilihat dari banyak-sedikitnya perhiasan yang digunakan, atau kecantikan tubuhnya. Ia berkata, "Wanita tidak berhias lebih baik melebihi akal pikiran terbuka yang dibingkai adab sempurna."

Ia terkenal dermawan. Ummu Abdullah al-Atki menceritakan, "Saya datangi Hindun ketika ia sedang bertasbih menggunakan permata. Ketika selesai bertasbih ia berikan tasbih itu kepada saya dan berkata, 'bagi-bagikan ini pada wanita sekelilingmu'." Iman Baihaqi menuturkan bahwa Hindun pernah dalam sehari memerdekakan 40 budak.

Berita menarik adalah cerita perceraian Hindun dan madunya Hindun bin Asma. Ini terjadi karena mimpi yang disaksikan suaminya. Ia meyakini jika ia menceraikannya, mimpi itu dapat terurai. Al-Hajjaj bermimpi bahwa kedua matanya tercongkel keluar, sementara ia masih memiliki dua isteri; Hindun binti al-Muhallab dan Hindun binti Asma, lalu ia menceraikan dua Hindun ini dengan keyakinan mimpinya ditafsirkan dengan perceraian keduanya. Namun tak lama kemudian ia mendengar kabar kematian saudaranya Muhammad bin Yusuf di hari yang sama dengan kematian anaknya Muhammad bin al-Hajjaj.

Ia berkata, "Ini adalah takwil mimpiku sebelumnya, Muhammad dan Muhammad meninggal pada hari yang sama. Innalillahi wa inna ilaihirajiuun." Berakhirlah kehidupan suami isteri antara Hindun binti al-Muhallab dengan al-Hajjaj bin Yusuf. Setelah itu ia hidup sampai permulaan abad kedua Hijriyah, setelah pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Tak ada keterangan pasti tahun meninggalnya Hindun. Konon, setelah 101 H. Semoga Allah merahmati dan mengampuninya.

Sumber: Majalah Sabili, No. 20 TH XVI 23 April 2009






Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar