Setelah Abu Thalib wafat, dua atau tiga bulan kemudian, Ummul Mukminin, Khadijah binti Khuwalid, berpulang ke rahmatullah. Dia wafat pada bulan Ramadhan tahun ke sepuluh dari kenabian. Saat itu, ia berumur enam puluh lima tahun, sedangkan Rasulullah saw sangat sedih atas kepergiannya. Khadijah orang yang paling banyak membantu perjuangan Rasulullah saw, baik sebelum diangkat menjadi Nabi maupun setelahnya.
Khadijah telah tiada, tetapi "Khadijah" lain yang berjuang demi Islam tidak mati dan tidak akan terputus. Terbukti, setelah wafatnya Khadijah, ada seorang wanita yang setia menjaga dan merawat Nabi saw. Dia adalah seorang wanita yang mempunyai ide cemerlang, kelembutan, kepandaian, kehormatan, dan kedudukan yang melebihi wanita lain. Dialah Fhatimah binti Asad.
Fathimah binti Asad adalah isteri Abu Thalib bin Abdul Muthalib, paman Nabi saw dan ibu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, pemimpin kaum Muslimin sekaligus menantu Rasulullah saw.
Fathimah binti Asad bukan saja menggantikan kedudukan Khadijah, melainkan juga menggantikan posisi Abu Thalib (setelah keduanya wafat) dalam memberi dukungan dan bantuan terhadap perjuangan Rasulullah saw. Hal ini terus berlangsung sampai ketika Rasulullah saw melakukan hijrah ke Madinah, ia pun turut berhijrah menyusul Rasulullah saw bersama kaum muslimin yang lain. Sehingga bagi Fathimah binti Asad, rumahnya di Madinah sama seperti rumahnya di Makkah; tempat yang nyaman dan penuh kebahagian serta kemuliaan.
Iman Adz-Dzahabi ketika menuturkan sosok pribadinya, mengatakan bahwa Fathimaah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay, selain adalah ibu Ali bin Abi Thalib, suami Fathimah Az-Zahra, putri Rasul saw, ia juga termasuk golongan kaum muslimin yang berhijrah pertama kali ke Madinah. Dialah wanita pertama dari kabilah (suku) Hasyim yang melahirkan keturunan Hasyimiyah pertama kali (Ali bin Abi Thalib). Tentang keagungan wanita ini, Ibnu Sa'ad pernah berkata, "Dia adalah wanita yang sangat shalih. Bahkan, Nabi saw sering mengunjungi dan beristirahat siang (qailulah) di rumahnya."
Mengenai waktu wafatnya, para ulama berbeda pendapat. Menurut Ibnu Hajar, Fathimah binti Asad wafat sebelum Nabi saw hijrah. Namun pendapat yang lebih kuat mengatakan, ia wafat setelah hijrah. Sebab ia ikut menyusul Rasulullah saw ke Madinah dan kemudian wafat di kota Nabi itu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Asy-Sya'bi yang menyatakan bahwa dia masuk Islam di Makkah, kemudian berhijrah ke Madinah dan meninggal di sana.
Catatan akhir tentang keagungan wanita ini tampak jelas dari hadis yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim dari Abdullah bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Abu Thalib dari bapaknya, ketika wafat, Nabi saw mengafani jasad Fathimah binti Asad dengan bajunya, seraya bersabda, "Sepeninggal Abu Thalib, saya belum pernah menemukan orang yang lebih baik padaku selain Fathimah binti Asad."
Karena itu, Rasulullah saw tidak pernah melupakan kebaikan Fathimah kepada beliau dan kebaikannya kepada Fathimah binti Rasulullah saw, isteri putranya, Ali bin Abu Thalib. Ia sangat memperhatikan menantunya, sampai-sampai ia turut membantunya dalam hal yang menjadi kewajiban seorang isteri. Seperti dalam riwayat al-'Amasy dari Amru bin Marah dari Abu al-Bukhari dari Ali bahwa ia (Ali ra) berkata, "Aku pernah berkata kepada ibuku, 'Cukuplah Fathimah saja yang mengambil air dan pergi bila ada kebutuhan. Cukuplah bagi engkau untuk mengadoni tepung (membuat roti)'."
Semasa hidupnya, Fathimah binti Asad dikenal sebagai wanita yang mempunyai pengetahuan berlimpah tentang agama. Dalam hal periwatan hadis, ia meriwayatkan sebanyak 46 hadis. Dalam kitab Shahihain, ia meriwayatkan satu hadis Muttafaq'alaih.
Fathimah binti Asad adalah contoh wanita penolong agama Allah, sekaligus salah seorang pendamping setia perjuangan Rasulullah saw. Karena itu, wajar ketika wafat, Rasulullah saw berada bersamanya. Bahkan, beliau sampai turun ke liang lahatnya untuk membaringkan jasad sucinya. Sehingga terpancarlah cahaya Ilahi dalam kuburnya dengan semerbak harum ruh sucinya dan curahan rahmat Sang Pencipta, Allah swt.
Ketika ada seorang bertanya kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat engkau berbuat kepada seorang yang engkau lakukan pada wanita ini (Fathimah binti Asad)." Rasulullah saw menjawab, "Sesungguhnya, tidak ada orang lebih baik padaku setelah wafat Abu Thalib selain dia."
Mengenai waktu wafatnya, para ulama berbeda pendapat. Menurut Ibnu Hajar, Fathimah binti Asad wafat sebelum Nabi saw hijrah. Namun pendapat yang lebih kuat mengatakan, ia wafat setelah hijrah. Sebab ia ikut menyusul Rasulullah saw ke Madinah dan kemudian wafat di kota Nabi itu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Asy-Sya'bi yang menyatakan bahwa dia masuk Islam di Makkah, kemudian berhijrah ke Madinah dan meninggal di sana.
Catatan akhir tentang keagungan wanita ini tampak jelas dari hadis yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim dari Abdullah bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Abu Thalib dari bapaknya, ketika wafat, Nabi saw mengafani jasad Fathimah binti Asad dengan bajunya, seraya bersabda, "Sepeninggal Abu Thalib, saya belum pernah menemukan orang yang lebih baik padaku selain Fathimah binti Asad."
Karena itu, Rasulullah saw tidak pernah melupakan kebaikan Fathimah kepada beliau dan kebaikannya kepada Fathimah binti Rasulullah saw, isteri putranya, Ali bin Abu Thalib. Ia sangat memperhatikan menantunya, sampai-sampai ia turut membantunya dalam hal yang menjadi kewajiban seorang isteri. Seperti dalam riwayat al-'Amasy dari Amru bin Marah dari Abu al-Bukhari dari Ali bahwa ia (Ali ra) berkata, "Aku pernah berkata kepada ibuku, 'Cukuplah Fathimah saja yang mengambil air dan pergi bila ada kebutuhan. Cukuplah bagi engkau untuk mengadoni tepung (membuat roti)'."
Semasa hidupnya, Fathimah binti Asad dikenal sebagai wanita yang mempunyai pengetahuan berlimpah tentang agama. Dalam hal periwatan hadis, ia meriwayatkan sebanyak 46 hadis. Dalam kitab Shahihain, ia meriwayatkan satu hadis Muttafaq'alaih.
Fathimah binti Asad adalah contoh wanita penolong agama Allah, sekaligus salah seorang pendamping setia perjuangan Rasulullah saw. Karena itu, wajar ketika wafat, Rasulullah saw berada bersamanya. Bahkan, beliau sampai turun ke liang lahatnya untuk membaringkan jasad sucinya. Sehingga terpancarlah cahaya Ilahi dalam kuburnya dengan semerbak harum ruh sucinya dan curahan rahmat Sang Pencipta, Allah swt.
Ketika ada seorang bertanya kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat engkau berbuat kepada seorang yang engkau lakukan pada wanita ini (Fathimah binti Asad)." Rasulullah saw menjawab, "Sesungguhnya, tidak ada orang lebih baik padaku setelah wafat Abu Thalib selain dia."
Demikianlah, Allah swt memberi keutamaan pada seorang yang dikehendaki-Nya. Hanya dialah Pemilik keutamaan yang paling Agung.
Wallahu'alam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar