Selasa, 28 Agustus 2012

Abu Nawas Melarang Rukuk dan Sujud Dalam Shalat

Syahdan, Khalifah Harun Al-Rasyid marah besar pada sahabatnya yang karib dan setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa bahwa tidak perlu rukuk dan sujud dalam shalat. Lebih lagi Harun Al-Rasyid mendengar Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya Khalifah yang suka fitnah. Menurut para pembantunya, Abu Nawas layak dipancung karena melanggar syariat Islam dan menyebar fitnah.

Khalifah mulai terpancing. Tapi untung ada seorang pembantunya yang memberi saran untuk melakukan tabayun (konfirmasi). Abu Nawas pun dibawa menghadap sang Khalifah.


"Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak perlu rukuk dan sujud dalam shalat?" tanya Khalifah.

Abu Nawas menjawab tenang, "Benar saudaraku!"

Khalifah bertanya lagi dengan nada suara yang lebih tinggi, "Benar kamu berkata pada masyarakat bahwa aku, Harun Al-Rasyid, adalah seorang yang suka fitnah?"

Abu Nawas menjawab, "Benar saudaraku!"

Khalifah berteriak dengan suara menggelegar, "Kamu memang pantas dihukum mati karena melanggar syariat Islam dan menyebar fitnah."

Abu Nawas tersenyum sambil berkata, "Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya kabar yang sampai kepadamu tidak lengkap. Kata-kataku dipelintir, dijagal, dan seolah-olah aku berkata salah."

Khalifah berkata dengan ketus, "Apa maksudmu? Jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya!"

Abu Nawas beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang. "Saudaraku, aku memang berkata rukuk dan sujud tidak perlu dalam shalat, tapi shalat apa dulu? Waktu itu aku menjelaskan tata cara shalat jenazah yang tidak perlu rukuk dan sujud."

"Bagaimana tentang aku yang suka fitnah?" tanya Khalifah.

Abu Nawas menjawab dengan senyum. "Kalau itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 surat Al-Anfal yang berbunyi, 'Ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian (fitnah) bagimu.' Sebagai seorang Khalifah dan seorang ayah, Anda sangat menyukai kekayaan dan anak-anak, berarti Anda suka 'fitnah' itu.

Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus kritikan, Khalifah Harun Al-Rasyid terteunduk malu, menyesal, dan sadar. Rupanya, kedekatan Harun Al-Rasyid dan Abu Nawas menyulut iri dan dengki diantara para pembantunya. Abu Nawas memanggil Khalifah dengan 'Ya Akhii' (saudaraku). Hubungan diantara mereka bukan antara tuan dan hamba. Para pembantu Khalifah yang hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut dengan memutarbalikkan berita.

Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar