Rabu, 06 Juni 2012

Bersumpah dengan Menginjak Al-Quran

Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2001. Aku mempunyai saudara sepupu, sebut saja namanya Udin (nama samaran). Dia terkenal sangat nakal, setiap hari ada saja ulahnya yang bikin kesal orang sekampung. Sehari-hari kerjanya hanya keluyuran kesana-kemari. Namun, sesekali si Udin disuruh orang tuanya pergi ke ladang mengambil rumput untuk makanan kambing kepunyaan orang tuanya.

Suatu ketika ada seorang pemilik kebun ubi jalar, sebut saja pak Sani (nama samaran). Pak Sani menyaksikan bahwa daun ubi jalar kepunyaannya telah diambil orang, padahal umbinya belum siap untuk dipanen. Otomatis hal itu bisa merusak hasil tanaman ubi pak Sani. Pak Sani sempat marah-marah, dan si Udin pun menjadi tersangka. Memang, daun ubi jalar ini layak juga untuk makanan kambing. Jadi wajarlah kalau si Udin menjadi tersangka dan dituduh mengambilnya, apalagi tempat mengambil rumput yang biasa Udin lakukan berdekatan dengan kebun jeruk pak Sani.

Si Udin tidak terima atas tuduhan itu dan merasa telah difitnah oleh pak Sani, sedangkan pak Sani tetap bersikeras kalau yang mengambil daun ubi jalarnya adalah si Udin. Mungkin, keyakinan pak Sani didukung anggapan bahwa si Udin ini anak nakal, meskipun selain Udin ada juga beberapa orang yang suka mengambil rumput di daerah itu. Namun pak Sani menganggap bahwa selain Udin dirasa tidak mungkin melakukan hal itu.

Walaupun si Udin sudah bersumpah kalau ia tidak mengambil daun ubi jalar pak Sani, tetapi pak Sani tetap tidak mempercayainya, karena dianggap itu sumpah palsu. Si Udin pun kesal dengan tuduhan itu, sampai akhirnya dia mengambil al-Qur'an untuk dijadikan alat persumpahan, dengan cara menginjak di depan pak Sani.

Selang beberapa hari setelah kejadian itu, si Udin jatuh akit. Dia merasakan kejang-kejang diototnya dan diseluruh badannya jadi lumpuh. Jangankan untuk berjalan, untuk bergerak saja susah, hingga beberapa saat penyakit itu masih dideritanya. Walaupun sudah berobat kesana-kemari, namun hasilnya tetap nihil, terakhir melihat perkembangannya, si Udin sudah agak bisa jalan kaki walau seperti manusia robot. Apabila dipanggil orang lain, dia harus melirik dengan semua anggota badannya. Yang cukup menyedihkan, kejadian ini tidak banyak mengundang simpati. Mungkin, karena kenakalan si Udin juga yang membuat mereka cuek dan banyak orang yang sudah terlanjur kesal. Demikianlah Allah swt memberi pelajaran kepada kita.

Diceritakan oleh Hamba Allah, Bogor, dimuat dalam Majalah Hidayah, Tahun 4 Edisi 42
Share

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar