Usia manusia memang tidak bisa ditebak, tetapi karena tidak bisak ditebak itulah mestinya kita harus selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi mati. Mampukah kita meyakinkan diri untuk untuk siap mati? Hal yang langka jika kita mendapati orang yang ingin cepat mati dengan bekal keimanan yang cukup. Bahkan dalam setiap event ulang tahun atau dalam setiap permohonan doa, kata 'panjang umur' seringkali terselip. Perasaan-perasaan seperti itu rasanya lumrah karena duniawi yang begitu nikmat menjadikan manusia betah berada di dalamnya, tak mudah untuk melepaskannya.
Kematian, bagi akal sehat manusia yang dangkal merupakan akhir dari seluruh rangkaian kehidupan manusia. Alhasil, kenikmatan yang tengah dikecap akan terhenti saat kematian menjemput. Berbeda dengan akal sehat orang yang beriman, dunia tak lebih tempat singgah. Rumah hakiki berada di kehidupan yang hakiki pula, yaitu dialam baqa.
Siap mati memacu diri untuk beribadah lebih mendalam. Siap mati mengajak kita agar tak kufur nikmat dan syirik, karena dalam kondisi apapun manusia harus selalu berada di jalan Allah swt. Tapi siap mati bukan bunuh diri. Siap mati adalah siap dengan perbekalan menjemput kehidupan sesudah mati, bertemu dengan Sang Maha Hidup guna menjalani kehidupan yang abadi.
Syahdan, kalaulah masa kematian menjadi sesuatu yang kasat mata, akan mudah bagi kita menyiapkannya, seperti sebuah syair religius Pasha Ungu:
Andai kutahu
Kapan tiba ajalku
Ku akan memohon
Tuhan jangan Kau ambil nyawaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar