Rabu, 30 Januari 2013

Ciri-Ciri Orang Yang Beriman

Bagaimana kita bisa mengetahui tanda-tanda orang yang beriman? Para ulama menjelaskan berdasarkan sumber hukum Islam sebagai berikut:

1. Mencintai Allah diatas segalanya.

2. Percaya kepada-Nya, Rasulullah, diri sendiri, dan orang lain.

3. Hidupnya tenang dan terhindar dari kegelisahan.

4. Menjaga persaudaraan sesama umat Islam.

5. Menjauhi sikap benar sendiri dan menghargai orang lain atas kekurangan maupun kelebihannya,

6. Berusaha untuk menegakkan kebenaran dan menghapus kejahatan.

7. Hidup yang seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrawi serta tidak mudah putus asa.

8. Senantiasa memakmurkan masjid dan mendalami ajaran Islam.
Share

Keistimewaan Al-Qur'an

Al-Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw. Al-Qur'an tidak disangkal  lagi menempati posisi yang sangat penting dan juga punya sejumlah keistimewaan jika dibanding dengan kitab-kitab sebelumnya. Adapun keistimewaan al-Qur'an itu adalah:

Share

Orang yang Pertama Memeluk Islam

Kemajuan Islam dan penyebarannya ke berbagai kalangan terjadi secara bertahap. Dalam istilah al-Qur'an, mereka yang terdahulu memeluk dan mendakwahkan Islam disebut ash-shabiqun. Siapa yang lebih dulu memeluk Islam mendapat kedudukan yang terhormat setelah Rasulullah saw. 

Menurut catatan dan bukti sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan yang ditulis oleh Ja'far Subhani dalam karyanya Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah saw, wanita pertama yang memeluk Islam adalah isteri Rasulullah saw yakni Siti Khadijah ra. Sedangkan pria pertama yang memeluk Islam adalah Ali bin Abi Thalib kra.
Share

Kota Fez di Maroko

Kota Fez merupakan kota warisan paling terkemuka dari dinasti Idrisiyah Islam (788 - 974 M) di Maroko bagian utara. Fez merupakan ibu kota pertama dan pusat spritual Islam yang didirikan oleh Idris ibn Abdullah, keturunan Nabi Muhammad saw yang lari ke Maroko untuk menghindari penganiayaan Abbasiyah. Dalam perkembangannya, kota ini semakin maju dan bernuansa Arab setelah kehadiran imigran dari Kordoba dan Qayrawan (Tunisia sekarang). Mereka banyak membangun masjid dan universitas Qarawiyin yang menjadikan Fez sebagai pusat ilmu Islam terkemuka layaknya Al-Azhar di Kairo.

Meskipun sempat mengalami kemunduraan karena ibu kota Maroko sempat pindah ke Marrakesh, dan sekarang hanya sebagai kota provinsi, Fez tetap menyimpan banyak sejarah panjang negeri Maroko. Ia tetap menjadi pusat keagamaan tradisional dan tempat bertemunya protes keagamaan gerakan Salafiyah dan agitasi nasionalis Maroko.

Share

Selasa, 29 Januari 2013

Pertanyaan Imam Ghazali Pada Murid-Muridnya

Suatu hari, Imam Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Ia bertanya, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?"

Mereka menjawab, "Orang tua, guru, kawan, dan sahabat."

"Benar, tapi yang paling dekat dengan kita adalah mati. Sebab setiap yang bernyawa pasti akan mati." 

Lalu ia meneruskan, "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?"

Mereka menjawab, "Negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang."
Share

Kebaikan si Fasik

Ada seorang pria dari kota Basrah yang dikenal sebagai orang fasik, meninggal dunia. Tak ada seorang pun yang mau mengurus jenazahnya. Isterinya lalu membayar dua orang untuk memikul jenazahnya ke masjid untuk dishalati. Namun, tak ada seorang pun mau menshalatinya.

Akhirnya, sang isteri membawanya ke padang luas untuk dikembumikan. Di tempat itu, ada seorang ahli zuhud yang tinggal di gunung. Ia tampak sedang menunggu kedatangan jenazah tersebut. Tersebarlah berita si zuhud turun gunung untuk menshalati si fulan, hingga mereka keluar dan ikut menshalatinya.

Seusai shalat, penduduk heran mengapa si zuhud mau menshalati si fulan. 
Share

Syuraih al-Qadhi, Hakim Adil dan Bijaksana

Alkisah, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra membeli seekor kuda pada seorang Arab Badui. Setelah menyerahkan harganya, ia menaiki kuda itu. Namun, seperti disebutkan dalam Shuwar min Hayati Tabi'in karya Dr. Abdurrahman Rafa'at Basya, setelah Umar pergi agak jauh, ia mendapati cacat berupa memar pada kuda itu. Umar memperlambat laju kudanya dan memutuskan untuk mengembalikan kuda itu. 

"Ambil kembali kudamu. Hewan ini cacat," ujar Umar saat sampai di tempat si badui.

"Tidak, Amirul Mukminin. Aku telah menjualnya padamu tanpa cacat dan semua syarat sudah sah," jawab orang itu.

"Kita serahkan urusan ini pada hakim," putus Umar.
Share

Minggu, 27 Januari 2013

Lelang Pertama Dalam Sejarah Islam

Islam yang diperkenalkan Rasulullah saw kepada bangsa Arab dan umat Islam kemudian, adalah sebuah agama yang memiliki etos kerja, menyukai kerja keras, dan tak pernah menyerah pada keadaan.

Suatu hari, datang menghadap kepada Rasulullah seorang sahabat yang mengaku tak memiliki apa-apa. Ia lantas meminta sedekah kepada Rasulullah. Rasulullah lantas bertanya, "Apa saja yang kau miliki di rumahmu sekarang ini?"

Laki-laki sahabat Rasulullah itu berpikir sejenak seperti mengingat-ingat sesuatu. "Kami masih memiliki tempat air minum serta beberapa selimut untuk menolak dingin," jawabnya.
Share

Uwais al-Qarni, Seorang Penghuni Langit

Uwais al-Qarni seorang pemuda sederhana yang hidup di zaman Rasulullah saw. Dia mempunyai mata biru, berperawakan tegap, dan kulit kemerah-merahan. Di tangannya ada tanda bercak keputihan akibat penyakit kulit yang pernah dideritanya. Ia berasal dari Yaman. Nama lengkapnya Uwais bin Amir Abu Amr al-Qarni al-Muradi al-Yamani.

Uwais sosok pemuda yang sangat sederhana. Karena kesederhanaannya, ia hanya punya dua helai pakaian yang sudah kusut. Satu digunakan sebagai penutup tubuhnya, sementara yang satu lagi ia gunakan sebagai selendang.

Sekali waktu Uwais tak hadir di majelis tempat ia biasa memberikan ceramah dan nasehat. Salah seorang temannya, Asir bin Jabir mendatangi rumahnya untuk mencari tahu. Sesampainya disana, ditanyalah Uwais, "Wahai saudaraku, mengapa engkau tak datang ke majelis hari ini?"
Share

Sabtu, 26 Januari 2013

Ibnu Al-Nafis, Pakar Fisiologi Terhebat di Abad Pertengahan

Mahasiswa kedokteran pasti kenal nama Ibnu Al-Nafis. Ibnu Al-Nafis yang punya nama lengkap Ala al-Din Abu al-A'la Ali Ibnu Abi Hazm al-Quraishi ini di daulat sebagai ahli fisiologi terhebat di era keemasan Islam pada abad ke 13 M. Ibnu Al-Nafis yang berasal dari Damaskus ini adalah seorang tabib Arab atau dokter (1210-1288).

Ia adalah dokter pertama yang mampu menjelaskan prinsip dasar dari teori modern mengenai dasar-dasar sirkulasi lewat temuannya tentang sirkulasi dalam paru-paru, sirkulasi jantung, dan kapiler. Ia menemukan ini 350 tahun lebih dahulu daripada Sir William Harvey dari Kent, Inggris yang selama ini menyandang kredit penemu sistem sirkulasi di paru-paru.
Share

Berzikir Sepanjang Hidup

Ketika sedang beristirahat datanglah malaikat kepada Nabi Ilyas as. Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar kabar itu, Nabi Ilyas menjadi sedih dan menangis. 

"Mengapa engkau bersedih?" tanya malaikat maut. 

"Entahlah!" jawab Ilyas, seperti dikutip dari kitab Tanbihul Ghafirin.

"Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut?" tanya malaikat.

"Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah," jawab Ilyas.
Share

Jumat, 25 Januari 2013

Hidayah Penyembah Berhala

Suatu kali Abdul Wahid bin Zaid berlayar bersama beberapa sahabatnya. Angin membawa kapal mereka menuju sebuah pulau kecil. Di sana, mereka menjumpai seorang laki-laki sedang menyembah berhala.

Abdul Wahid bertanya pada orang itu, "Hai fulan, siapa yang kamu sembah itu?"

Laki-laki itu menunjuk ke arah berhalanya.

"Ia tak layak disembah," ujar Abdul Wahid.

Mendengar itu, sang penyembah berhala bertanya, "Lalu apa yang kalian sembah?"

"Allah."

"Siapa Allah?"

"Zat yang arasy-Nya di langit, kekuasaan-Nya di bumi, ketentuan-Nya meliputi segala kehidupan dan kematian."
Share

Kamis, 24 Januari 2013

Abdullah bin Katsir, Pemimpin Ahli Qira'at

Dia dilahirkan di Makkah pada tahun 45 H. Dalam perjalanan hidupnya dia pernah menjadi seorang budak pada Amr bin Alqamah al-Kinani sebagai keturunan Persia yang dikirimkan menuju Yaman melalui laut ketika penguasa Habasyah mengusirnya. Abdullah bin Katsir mempelajari ilmu qira'at kepada Mujahid bin Jabar yang berguru kepada Ibnu Abbas. Sedangkan Ibnu Abbas sendiri berguru kepada Ubay bin Ka'ab.

Abdullah bin Katsir senantiasa menjaga penampilan dan kebersihan diri. Diantara kebiasaannya, beliau selalu memakai wewangian dalam berbagai kesempatan. Ia merupakan syaikh, qadhi (hakim) dan imam qira'at di Makkah. Ulama qira'at yang termasuk pada generasi tabiin ini memiliki nama belakang 'ad-Dari'. Nama tersebut berhubungan dengan nama seorang sahabat bernama Tamim ad-Dari dan juga berhubungan dengan minyak wangi. Diriwayatkan, Ibnu Katsir merupakan sosok yang selalu taat kepada guru dan tak pernah menyelisihi ilmunya. Dengan demikian, ia tak pernah berbeda pendapat dengan Mujahid bin Jabar mengenai ilmu qira'at.

Abdullah bin  Katsir menyatakan, Mujahid merupakan guru yang bijak dan cermat dalam memandang setiap perdebatan yang terjadi diantara para ahli qira'at. Bagi Mujahid, Abdullah bin Katsir merupakan muridnya yang utama. Betapa tidak, suatu saat Mujahid pernah mengatakan, "Penduduk Makkah terkadang tidak sepakat dengan metode bacaan Ibnu Muhaisin, namun mereka sepakat dengan metode bacaan Abdullah bin Katsir."

Meski hanya seorang budak, Abdullah bin Katsir merupakan tabi'in yang memiliki kualifikasi keilmuan cukup mumpuni. Tak pelak lagi, dengan keilmuannya yang bermanfaat bagi bangsa Arab dan umat Islam keseluruhan, Abdullah bin Katsir adalah ulama besar dalam bidang bacaan al-Qura'an.

Terbukti, banyak ulama-ulama terkenal lainnya yang belajar ilmu qira'at kepada Abdullah bin Katsir. Sebut saja, Abu Amr al-A'la, al-Khalil bin Ahmad, Imam Syafii dan yang lainnya. Ditambah lagi, beliau bertemu dengan generasi sahabat seperti Abdullah bin az-Zubair, Abu Ayyub al-Anshari, Anas bin Malik, dan sebagainya.

Bahkan Abu Amr bin al-A'la, tabi'in lainnya yang juga pakar dalam qira'at dan pernah belajar membaca al-Qur'an kepada Abdullah bin Katsir, menjadikan Ibnu Katsir sebagai guru utamanya. Abu Amr bin al-A'la mengakui Ibnu Katsir sebagai guru para qari (pembaca al-Qur'an) di Makkah dan menjadikannya sebagai hakim para tabi'in.

Abu Amr bin al-A'la menyatakan, ditengah banyaknya sosok yang mumpuni dalam bidang qira'at, Abdullah bin Katsir sanggup tampil sebagai pemimpin para qari di Makkah. Ini mengingat, beliau hidup semasa dengan banyak tokoh yang mengkonsentrasikan diri pada ilmu qira'at. Hampir seluruh tokoh tersebut mempelajari dan memperbaiki bacaan al-Qur'an disetiap waktu.

Diantara nama-nama tokoh itu adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Muhaishin as-Sahmi, salah seorang dari empat belas pakar qira'at Makkah. Tokoh yang wafat pada 123 H ini merupakan sahabat dekat Abdullah bin Katsir.

Abdullah bin Katsir mengembangkan beberapa prinsip yang dijalankan dalam membaca al-Qur'an yang sejalan dengan sunnah Rasulullah saw. Diantaranya, pertama, beliau selalu membaca basmallah dalam setiap awal surat, kecuali surat Al-Anfal dan surat at-Taubah. Keharusan ini juga dilakukan Qalun, seorang  qari dan pakar ilmu Nahwu dari Madinah yang merupakan salah seorang dari tujuh ulama qira'at terkenal.

Kedua, membaca mad munfashil dengan pendek dan mad muttashil dengan kecepatan sedang. Hal ini disepakati ulama tanpa ada perbedaan. Ketiga, membaca ringan hamzah (tanda baca) yang bertemu dalam satu kata tanpa memasukkan alif diantara keduanya.

Untuk menggambarkan keutamaan Ibnu Katsir, sangat tepat penjelasan Sufyan bin Uyainah bahwa di Makkah tidak ada yang lebih bagus bacaan al-Qura'an melebihi dia. Jarir bin Hazim berkata tentang Ibnu Katsir, "Dia adalah orang yang fasih membaca al-Qur'an."

Pada perkembangan selanjutnya, buah dari keilmuan tinggi dan pengakuan banyak orang, tak sedikit yang berguru pada Abdullah bin Katsir. Tak heran jika di kemudian hari, madrasah dan metode qira'atnya berhasil  melahirkan dua muridnya yang terkenal, al-Bazzi dan Qunbul. Al-Bazzi lahir pada 170 H, yaitu 50 tahun setelah wafatnya Abdullah bin Katsir di Makkah pada tahun 120 H.

Disadur dari karangan Jamilatun Heni Marfu'ah, dalam Majalah Sabili, Edisi 23 Th. XV, 29 Mei 2008


Share

Rabu, 23 Januari 2013

Maimunah binti Harits, Sosok Teguh Beriman

Maimunah binti al-Harits bin Huzn bin al-Hazm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah al-Hilaliyah. Saudari dari Ummul Fadhl isteri Abbas. Ia adalah bibi dari Khalid bin Walid sekaligus bibi dari Ibnu Abbas.

Maimunah termasuk pemuka kaum wanita yang masyhur dengan keutamaan, nasab, dan kemuliaannya. Sebelum masuk Islam ia menikah dengan Mas'ud bin Amru ats-Tsaqafi. Karena sering mondar mandir ke rumah saudaranya Ummul Fadhl, ia turut mendengar sebagian tentang nasib kaum muslimin yang berhijrah. Sampai ketika mendengar  berita tentang perang Badar dan Uhud, bekas mendalam timbul dalam dirinya.
Share

Pahala Memberi Sedekah

Di kota Array terdapat seorang Qadhi yang kaya raya. Suatu pagi di hari Asyura, datanglah seorang miskin meminta sedekah. 

"Wahai tuan Qadhi, saya seorang miskin yang mempunyai tanggungan keluarga. Demi kehormatan dan kemulian hari ini, saya meminta pertolongan dari tuan. Berilah saya sedekah sekadarnya berupa  sepuluh keping roti, lima potong daging, dan dua dirham uang." kata si miskin.

Qadhi menjawab, "Datanglah selepas shalat zuhur!"

Selepas shalat zuhur, orang miskin itu pun datang. Sayangnya si Qadhi kaya itu tidak menepati janjinya dan menyuruh si miskin datang lagi selepas shalat Asar. Selepas waktu yang dijanjikan, untuk kali keduanya ternyata si Qadhi tidak memberikan apa-apa. Maka keluarlah si miskin dari rumah si Qadhi dengan penuh kecewa.
Share

Balasan Bagi Orang yang Bertaubat

Dikisahkan, dahulu terdapat seorang lelaki petani tebu yang jatuh cinta pada gadis tetangga kampungnya. Suatu hari, keluarga gadis itu menyuruh sang gadis pergi ke sebuah kampung guna mencari suatu keperluan.

Mengetahui berita tersebut, lelaki itu mengikuti sang gadis dan merayunya untuk berbuat mesum. Si gadis berkata, "Jangan kau lakukan hal itu, karena sesungguhnya cintaku kepadamu  lebih besar daripada cintamu kepadaku. Namun aku lebih takut kepada Allah untuk berbuat durhaka."

Lelaki itu tersadar dan bergumam, "Betapa nistanya diriku, engkau begitu takut kepada-Nya, sementara aku tidak." Menyadari hal ini, diapun tersadar dan bertaubat.
Share

Minggu, 20 Januari 2013

Akibat Ucapan yang Salah di Makkah

"Acara ziarah ke Jabal Rahmah pada hari Ahad pukul tujuh pagi. Para jemaah haji harap berkumpul di depan Masjidil Haram!" Pengumuman itu diudarakan melalui pengeras suara oleh seorang ketua kelompok terbang. Haji Badruddin melirik Hajah Saodah. Wanita muda itu masih asyik berbincang dengan Hajah Siti Maryam dan Hajah Juwairiah. Sementara Haji Aris dan Haji Sutikno mengutak-atik kamera saku dekat pintu.

"Dengar pengumuman itu?" kata Haji Sutikno, mengingatkan seisi kamarnya seusai sarapan pagi itu.

"Ya, dengar," sahut Hajah Siti Maryam, isteri Haji Sutikno.

"Biar enak naik bukit pakai celana panjang saja," kata Hajah Juwairiah, isteri Haji Aris. "Karena udara panas, jangan lupa bawa payung," tambahnya.
Share

Jumat, 18 Januari 2013

Abu 'Amr bin al-'Ala, Panglima Bahasa Arab

Nama lengkap tabi'in ini adalah Zabban bin al-'Ala bin 'Ammar bin Abdullah bin al-Husain bin al-Harits bin Jalhamah. Dia berasal dari kabilah Bani Tamim yang tergabung dalam keluarga besar Mazini dan tingal di Basrah. Tabi'in yang termasuk sebagai salah satu qari yang tujuh ini lahir di Mekkah pada tahun 70 H.

Abu 'Amr sangat menguasai ilmu nahwu, bahasa Arab dan ilmu qira'at. Dia mempelajari bacaan al-Qur'an kepada Mujahid dan Said bin Jubair yang menurutnya - kedua orang tersebut - mempunyai keistimewaan tersendiri. Ikrimah dan Ibnu Katsir disebutkan juga pernah menjadi guru bagi Abu 'Amr. Prinsip Abu 'Amr dalam mencari ilmu dijelaskan Ibnu Mujahid, mengutip perkataan Abu Bakar, yaitu, "Selain menguasai bahasa Arab, Abu 'Amr selalu konsisten dengan riwayat-riwayat keilmuan yang dicetuskan para ulama pendahulunya."
Share

Kamis, 17 Januari 2013

Islamnya Seorang Uskup

Seorang uskup pernah bercerita kepada Iman Syafi'i perihal sebab keislamannya. 

"Saat itu aku sedang pergi dengan kapal laut. Di tengah perjalanan, kapal itu terbelah. Demi mencari keselamatan, aku mentautkan diri dengan sebilah papan. Tak lama kemudian, arus laut membawaku ke tepi dan aku terdampar di sebuah pulau," cerita uskup tadi.

Uskup menuturkan, suatu saat, kala matahari terbenam dan kegelapan menyelimuti malam, aku memanjat pohon dan tertidur di sana. Ini mengingat aku membutuhkan perlindungan dari binatang buas yang sewaktu-waktu dapat memangsaku.
Share

Rabu, 16 Januari 2013

Najasyi Ashhamah bin Abjar, Muslim Pertama Habasyah

Ia dikenal dengan nama Najasyi. Nama aslinya Ashhamah bin Abjar. Ia adalah putera tunggal Raja Habasyah, negeri yang saat ini masuk wilayah Afrika.

Konon saat itu raja yang hanya memiliki satu anak dipandang kurang baik. Maka melalui sebuah muslihat para pembesar negeri, ayah Ashhamah dibunuh. Ia digantikan saudaranya yang memiliki banyak anak. Ashhamah kecil diasuh pamannya yang menjadi raja menggantikan ayahnya itu, sampai ia tumbuh dewasa menjadi pemuda cerdas, memiliki semangat tinggi, ahli beragumentasi dan memiliki kepribadian luhur.

Tak puas membunuh ayah Ashhamah, para pembesar negeri itu mengusulkan pada raja untuk membunuh anaknya juga. Namun usul ini ditolak. Tapi dengan pengaruhnya yang besar, mereka berhasil mengasingkan Ashhamah.
Share

Allah Tidak Melupakan Seorang pun

Seorang perempuan tua menemui Nabi Dawud as. "Wahai Nabiyallah, Tuhanmu zalim atau adil?" tanya perempuan itu.

"Dia Zat Yang Maha Adil dan tidak berlaku zalim," jawab Nabi Dawud. 

"Apa yang telah terjadi denganmu hingga kau bertanya seperti itu?" tanya Nabi Dawud kemudian.

"Aku seorang janda, memiliki tiga anak perempuan. Aku bekerja menyulam kain untuk menghidupi mereka. Kemaren, aku bekerja seharian menyulam diatas kain merah. Usai menyelesaikan pekerjaan, aku memberi tahu anak-anak, aku akan pergi ke pasar. Tiba-tiba seekor burung besar mematukku. Burung itu terbang membawa kain yang akan ku jual. Aku sedih. Tak ada lagi yang bisa kujual untuk memberi makan anak-anak," kisah wanita itu.

Tiba-tiba, terdengar seseorng mengetuk pintu. Nabi Dawud mengizinkannya masuk. Ternyata tamu itu berjumlah sepuluh orang. Tiap-tiap orang memegang uang sebanyak seratus dinar. "Wahai Nabiyallah, berikanlah uang ini pada orang yang berhak," ujar salah seorang mewakili teman-temannya.

"Apa yang menyebabkan kalian menyerahkan uang sebanyak ini?" tanya Nabi Dawud.

"Kami berada di atas perahu. Lantas badai datang dan nyaris saja kami tenggelam karena perahu kami berlubang. Tiba-tiba datang seekor burung melemparkan sepotong kain merah bersulam pada kami. Kami gunakan kain itu untuk menutup lubang perahu hingga badai berlalu," cerita salah seorang dari tamu.

Dawud menoleh pada sang perempuan sambil berujar, "Tuhan memperdagangkan kainmu, di laut dan di darat, dan kau sempat menuduhnya sebagai Zat yang zalim." Daud lalu memberikan uang seribu dinar itu padanya.

Oleh: Nurul Laily Maulidyah, dalam Majalah Sabili, Edisi 11 Th. XV, 13 Desember 2007
Share

Senin, 14 Januari 2013

Zaid bin Tsabit, Penulis Wahyu al-Qur'an yang Rendah Hati

Pada bulan Muharam tahun 2 H di Madinah, ketika Rasulullah saw melakukan inspeksi terakhir terhadap pasukan yang akan diberangkatkan ke medan jihad di bukit Badr, tiba-tiba suasana terganggu dengan datangnya seorang anak kecil berusia 10 tahun yang menguak jalan dan berusaha keras mendekati Rasulullah saw. Di tangannya tergenggam sebuah pedang yang panjangnya melebihi tinggi badannya. Ia berjalan tanpa takut dan ragu-ragu melewati barisan tentara muslimin itu menuju ke hadapan Raulullah saw.

Begitu berada di hadapan Rasulullah, ia berkata, "Saya bersedia mati untukmu wahai Rasulullah, izinkanlah saya pergi jihad bersamamu, memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panjimu."

Rasulullah saw menengok anak tersebut dengan pandangan gembira dan takjub. Beliau menepuk-nepuk pundak anak itu sebagai tanda kasih dan simpati. Namun beliau tidak menginzinkan permohonannya karena anak itu masih muda.
Share

Minggu, 13 Januari 2013

Masjid Dhirar

Abu Amir ar Rahib adalah seorang pemuka Bani Khazraj, satu dari dua kabilah Arab yang tinggal di Madinah sebelum hijrah Rasulullah saw. Abu Amir ar Rahib telah menganut agama Nasrani di masa jahiliyah. Sangat berwibawa dan dihormati di tengah kaumnya.

Ketika Rasulullah saw dan kaum muslimin datang berhijrah ke Madinah mendapatkan sambutan hangat dan dukungan kuat, ia tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya karena kaumnya beralih perhatian. Apalagi setelah kemenangan kaum muslimin di perang Badr. Sakit hati Abu Amir dan kekecewaannya kepada Rasulullah dan kaum muslimin mendorongnya untuk ke Makkah menemui para pemuka Quraisy dan memprovokasinya untuk menyerang Madinah. Hal ini menjadi salah satu pemicu perang Uhud, di samping semangat kaum kafir Quraisy sendiri yang ingin membalas kekalahannya pada perang Badr.
Share

Jumat, 11 Januari 2013

Mendemo Hakim yang Zalim

Sore itu, Abu Nawas sedang mengajar di salah satu majlis taklim dekat rumahnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya, yaitu seorang wanita penjual kopi dan seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Wanita tua itu mengadukan beberapa persoalan, kemudian diteruskan oleh si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya untuk menutup kitab mereka.

"Sekarang pulanglah kalian! Ajak teman-teman kalian untuk berkumpul pada malam hari sambil membawa cangkul, penggali, kapak, martil, dan batu!" perintah Abu Nawas.

Pada malam harinya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta manusia cerdik itu.
Share

Seorang Lelaki dan al-Urwatul Wutsqa

Dalam kitab al-Bukhari, ada beberapa hadis yang menceritakan tentang Qais bin Ibad. Ketika ia duduk di dalam masjid Madinah, tiba-tiba masuk seorang lelaki, dari raut wajahnya terpancar keteduhan. Para sahabat yang berada di masjid berkata, "Orang itu termasuk penghuni syurga." Orang itu mengerjakan shalat dua rakaat lalu keluar masjid.

Qais mengikuti langkahnya dan bertanya kepada orang tersebut. "Ketika engkau masuk masjid tadi, orang-orang berkata, 'Inilah orang yang termasuk penghuni syurga!'." 

Orang itu  menjawab, "Subhanallah, tidak pantas seseorang mengatakan sesuatu yang tidak diketahui, akan aku beritahukan kepadamu bagaimana sebenarnya."
Share

Kamis, 10 Januari 2013

Suhaib Bin Sinan, Budak Persia yang Menjadi Imam Masjid Nabawi

Dalam perkembangan dunia Islam pasca-Rasulullah saw terdapat sejarah kelam yang menimpa Khalifah Umar bin Khattab. Yaitu ketika beliau menjadi korban pembunuhan gelap yang dilakukan Luluah Fairuz. Dan ketika Khalifah Umar merasa ajalnya hampir tiba, beliau tidak tinggal diam. Khalifah segera menetapkan penggantinya sebagai imam kaum muslimin di masjid Nabawi Madinah. Karena sebelumnya, tugas imam shalat di masjid selalu dipegang sendiri oleh Khalifah. Untuk menentukan penggantinya, beliau memilih orang yang tepat sehingga dapat diterima oleh para sahabat dan pengikut setianya.

"Sebaiknya Suhaib menjadi imam shalat di masjid ini," kata Khalifah Umar dalam keadaan sakit karena tusukan pedang dari belakang ketika hendak menjadi imam shalat subuh. Yang dimaksud dengan Suhaib adalah Suhaib bin Sinan, salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Ia dikenal taat beribadah, mudah bergaul, periang, dan sangat dermawan.
Share

Senin, 07 Januari 2013

Abdullah Bin Rawahah, Menunggu Rasul di Pintu Surga

"Saudara-saudara sekalian, sesungguhnya kita memerangi musuh bukan  karena jumlahnya dan kekuatan mereka, tapi karena mempertahankan agama yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah. Maka majulah ke depan. Salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, yaitu menang atau mati syahid di jalan Allah."

Itulah orasi paling megah yang pernah diucapkan Abdullah bin Rawahah kepada pasukan muslimin dalam ekspedisi Mu'tah. Ketika itu pasukan muslimin yang sedang berada di Ma'an mengalami kegalauan ketika mengetahui bahwa jumlah tentara musuh jauh lebih besar. Mereka sudah bersepakat untuk melaporkan kepada Nabi guna minta tambahan pasukan atau menunggu perintah selanjutnya.
Share

Sabtu, 05 Januari 2013

Salman al-Farisi, Pergulatan Mencari Allah

Salman al-Farisi adalah sahabat Rasul yang mahir mengatur strategi perang. Ia terkenal cerdas seperti sahabat Nabi lain yang berasal dari Persia. Ini dibuktikan saat terjadi perang Khandaq. Menghadapi pasukan musuh yang berkoalisi, umat Islam berhasil meraih kemenangan. Dua puluh empat ribu pasukan musuh dibuat porak-poranda. Berkat parit yang diusulkan Salman disertai pertolongan Allah yang mendatangkan angin topan. Musuh-musuh agama Allah itu pulang dengan tangan hampa. Sejak itu, nama Salman makin bersinar di kalangan sahabat. Pemuda dengan rambut panjang dan tubuh kekar itu memiliki kecerdasan akal.

Salman berasal dari Isfahan, tepatnya sebuah tempat yang bernama Jai di Persia. Ia dibesarkan dari lingkungan keluarga berkecukupan. Ia anak kesayangan orang tuanya. Ayahnya adalah tokoh berpengaruh dalam kabilahnya, yaitu sebuah masyarakat yang menyembah dan menjadikan api sebagai Tuhan alias Majusi atau Zoroaster.
Share

Jumat, 04 Januari 2013

Bilal, Pengumandang Azan Pertama

Bilal bin Rabbah berkulit hitam kelam. Tubuhnya kurus kerempeng sehingga semakin tampak jangkungnya. Rambutnya lebat, cambangnya tipis. Dia adalah seorang budak dalam keluarga Umayyah bin Khalaf, seorang bangsawan Bani Jumah. Sejak kecil, Bilal si budak Habsyi itu, ikut Hammah, ibunya, bekerja pada keluarga kaya raya di kota Makkah.

Setelah remaja, Bilal diberi tugas mengembalakan unta oleh Umayyah bin Khalaf. Sedih seklai hati Bilal berpisah dengan ibunya. Tetapi, apa mau dikata, budak adalah milik sang majikan. Untuk kerja sehari penuh, Bilal mendapat upah dua genggam kurma.

Suatu petang, Bilal mendengar perbincangan keluarga Umayyah tentang Nabi Muhammad. Bilal berhenti di balik pintu. Dia mendengarkan percakapan keluarga Umayyah itu dengan seksama.
Share

Kamis, 03 Januari 2013

Kesaktian Basmalah

Syahdan, Abu Muslim al-Khulani mempunyai seorang budak perempuan. Sebagai orang saleh, yang tahu dan taat terhadap hukum agama, ia tidak memperbolehkan budaknya berpakaian terbuka. Mungkin karena menganggap terlalu cerewet, budak itu sangat membencinya. Maka setiap kali menyediakan makan bagi tuannya, ia selalu membubuhkan racun.

Suatu hari, si budak tertangkap basah. "Hei, apa yang kamu lakukan?" tegur Abu Muslim.

Budaknya menjawab, "Sedang meracuni makananmu agar engkau cepat mati dan telingaku tidak akan lagi mendengar teguran-teguranmu."

Abu Muslim mengelus dadanya dan bertanya, "Sudah berapa lama kamu melakuka hal itu?"

Sang budak tertunduk dan menjawab, "Sudah dua puluh tahun aku meracunimu tetapi entah kenapa sepertinya tidak bereaksi apa pun pada dirimu."

Abu Muslim mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berkata, "Ehem, racun tidak akan membahayakanku karena aku selalu membaca basmalah sebelum makan." Abu Muslim termasuk orang saleh. Oleh karena itu bacaan basmalah dapat melindunginya dari marabahaya.

Khalid bin Walid, sahabat dan panglima perang Rasulullah saw juga punya pengalaman yang hampir sama ketika tak sengaja ia meminum racun yang mematikan. Rahasianya, sebelum makan beliau selalu membaca doa berikut ini: 
Dengan nama Allah, nama yang terbaik di langit maupun di bumi. Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun akan mendatangkan marabahaya di bumi maupun di langit.

Suatu hari, Rasulullah saw makan bersama para sahabat. Kemudian datang seseorang ikut makan bersama. Tetapi anehnya makanan menjadi sangat sedikit. Para sahabat yang merasa tidak pernah menglamai hal seperti itu, mempertanyakannya kepada Nabi. "Sesungguhnya lelaki yang datang terakhir itu tidak membaca basmalah. Setan lalu ikut makan bersama kita." sabda Rasulullah saw.

Mengucapkan basmalah adalah sunah 'ain bagi yang makan sendirian dan merupakan sunah kifayah bagi beberapa orang yang makan bersama. Bagi orang yang datang belakangan, setelah yang lain membaca basmalah, mereka hendaknya membaca basmalah juga. Disunahkan juga suapan pertama diletakkan di mulut sebelah kanan sehingga makanan mulai dikunyah oleh mulut bagian kanan.

Tuntunan-tuntunan Rasulullah saw itu sesungguhnya mengingatkan kita agar kenikmatan menyantap makanan tidak membuat kita lalai berzikir kepada Allah swt.
Share

Rabu, 02 Januari 2013

Arti Cinta

Habib Muhammad bin Hadi Assegaf pernah bercerita bahwa Syekh Abdul Kadir Jaelani pernah berkata, "Barang siapa mencintaiku, walau aku telah meninggal, ia termasuk muridku." Namun cinta itu memiliki tanda-tanda. Yang paling jelas berupa kesungguhan, sidg dalam meneladani orang yang dicintainya, baik berupa pebuatan maupun ucapannya.

Konon diceritakan, ada beberapa orang berkunjung ke rumah Syibli. Mereka mengetuk pintu sambil memanggil-manggil. Dari dalam rumah terdengar jawaban, "Siapa?"

"Kami, para sahabatmu!"
Share

Riba, yang Membinasakan

Orang-orang yang makan riba tak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang kemasukan setan lantaran gila. Keadaan itu lantaran mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al-Baqarah: 275)

Ada kisah dari Syria. Konon, ketika agama samawi mulai berkembang di bumi, setan amatlah sedih. Paganisme, penyembahan terhadap benda atau berhala, sedikit demi sedikit ditinggalkan orang. Berhala-berhala, yang awalnya dipuja layaknya Tuhan, dihancurkan. Fakta itu membuat setan menangis. Ia merasa tak lagi memiliki kiat jitu untuk mengiring manusia ke jurang neraka untuk menemaninya.

Tapi bukan setan namanya jika tak menemukan jalan lain untuk menyesatkan anak cucu Adam as. Tiba-tiba muncul ide cemerlang di benak setan. "Aku akan menyesatkan manusia lewat jalan simpan pinjam," ujarnya dengan mata berbinar. 
Share

Khalid Membunuh Jin

Ketika penaklukan kota Makkah, Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk menghancurkan semua patung dan berhala yang berada di sekitar Ka'bah. Patung Latta, Uzza, dan Manat, semua dihancurkan bersama sekitar 360 patung dan berhala lainnya.

Khusus untuk menghancurkan patung berhala Uzza yang dianggap paling besar dan berada di dekat kota Makkah, Nabi saw  mengutus Khalid bin Walid yang memimpin 30 pasukan kavaleri gagah perkasa. Waktu pada saat itu menunjukkan lima hari terakhir pada bulan Ramadhan.
Share

Selasa, 01 Januari 2013

Hujan dan Waktu Istijabah

"Allahumma shayyiban nafi'an." (Ya Allah, jadikanlah kiranya hujan ini bermanfaat). Inilah doa yang dimohonkan dan sekaligus diajarkan oleh Rasulullah saw ketika hujan turun, dalam hadis riwayat Imam Bukhari melalui sanad 'Aisyah. Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan, doa tersebut  dibaca dua atau tiga kali. Demikian penjelasan Imam Syarafuddin An-Nawawi dalam kitabnya Al-Azkar, halaman 164. "Ya Allah, jadikanlah kiranya hujan ini bermanfaat." Seyogyanya doa ini dibaca pada saat hujan turun. Harapannya. hujan yang sudah lama dirindukan mayoritas bangsa, turun sebagai rahmat, membawa manfaat bagi kehidupan dan kemanusian.

Yang dikhawatirkan adalah apabila hujan yang turun tidak sebagai rahmat, namun sebagai azab. Saat turun disertai badai, kilat, dan petir yang menyambar-nyambar, atau turun deras berhari-hari yang mengganggu aktivitas. Selain membuat takut, panik, dan membisu seribu bahasa, karena langsung berhadapan dengan otoritas Allah swt, juga memporak-porandakan sarana dan prasarana kehidupan.
Share